Sebuah Antitesa, Antara Din Minimi dan Siyono


Oleh: Umma Azura

Sore ini, di beranda saya lewat sebuah berita yang dishare seorang teman tentang penyebab kematian Siyono. Membaca berita itu, membuat saya bergidik. Disebutkan dalam tulisan tersebut, jika tulang dada Siyono yang patah mengarah ke jantung, menjadi penyebab kematian fatal Siyono. Disertai ilustrasi, tulisan ini membuat saya berimajinasi, betapa mengerikan dan sakitnya yang dirasakan korban.

Saya tak ingin berpolemik soal Siyono yang ditangkap Densus 88, hingga kemudian Siyono dipulangkan dalam keadaan tewas. Namun, entah mengapa membaca berita itu membuat saya teringat pada Din Minimi. Kebetulan, saya pernah menonton tayangan soal Din Minimi dan kelompoknya, di sebuah televisi swasta, sebelum kasus Siyono terjadi.

Dalam tayangan itu, Din Minimi diwawancarai. Ia bersikeras, menuntut pemerintah Indonesia memberi amnesti padanya dan kelompok bersenjatanya.

Jika tuntutannya tak dipenuhi, ia mengancam akan mengangkat senjata lagi dan melakukan perlawanan. Bahkan dalam tayangan itu, kelompok Din Minimi mendapat kunjungan dan sikap ‘hangat’ nan mesra dari kepala BIN Sutiyoso.

Dalam situs www.bbc.com, juga membuat berita tentang Din Minimi yang akan kembali ‘memberontak’ jika tuntutannya tak dipenuhi. Silahkan googling jika ingin tahu lebih banyak tentang Din Dimini.

Ada yang mengganggu benak saya, jika membandingkan kasus Din Minimi dan Siyono. Terlihat begitu persuasifnya pemerintah ‘membujuk’ Din Minimi yang terang-terangan mengancam akan kembali angkat senjata melawan negara jika permintaan amnestinya tak dipenuhi.

Dari berita-berita yang berseliweran, kita bisa liat bagaimana ia mengancam tanpa rasa takut juga tanpa beban. Padahal, ini kelompok bersenjata lho.

Saya tak habis pikir, bagaimana seorang Siyono--bapak lima anak, yang konsen di pendidikan bocah balita usia PAUD/TK, justru tak diajak bernegosiasi.

Andaikan betul ia terduga teroris, apakah ia tak bisa diperlakukan dengan ‘sabar’ seperti halnya Din Minimi?

Mengutip data dari portal berita Gema Islam, disebutkan jika TK Amanah Ummah yang dibina Siyono, setidaknya dipercayai kurang lebih 60 KK untuk mendidik putra-putri mereka.

Mengelola TK bukan persoalan gampang. Dengan serangkaian proses untuk bisa menjadi pendidik profesional bersertifikasi, dan sejumlah persiapan untuk melakukan proses belajar-mengajar anak usia PAUD-TK yang tak mudah.

Sungguh luar biasa, jika Siyono masih punya waktu dan energi untuk memikirkan strategi menjadi seorang teroris.

Dan, sekali lagi, perlu diingat bahwa ia juga seorang ayah lima anak. Ini tak mudah, sama sekali tak mudah.

*Sumber Bacaan :
- http://ift.tt/1WsxiFM
- http://ift.tt/1PcIA9M
- http://ift.tt/1mVRulK
- http://ift.tt/1S7WsEh
- https://www.youtube.com/watch?v=CE0--HHyFQQ
- http://ift.tt/1qIE5ip




Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Sebuah Antitesa, Antara Din Minimi dan Siyono"

Posting Komentar